Aku tidak berani
Menentang matanya berapi
Dadaku mentah isi
Akalku sempit ilusi
Dalam katanya
Aku merasa
~ Lavender ~
27 Mac 2005

Ahlan wa sahlan
Followers
Demi Masa

Hari Yang Berlalu

Tulisan Terbaru
Arkib Blog
-
►
2011
(60)
- ► 30 Oct - 6 Nov (2)
- ► 16 Oct - 23 Oct (1)
- ► 2 Oct - 9 Oct (1)
- ► 14 Aug - 21 Aug (2)
- ► 7 Aug - 14 Aug (7)
- ► 31 Jul - 7 Aug (7)
- ► 24 Jul - 31 Jul (2)
- ► 17 Jul - 24 Jul (14)
- ► 10 Jul - 17 Jul (6)
- ► 26 Jun - 3 Jul (1)
- ► 13 Mar - 20 Mar (1)
- ► 6 Mar - 13 Mar (4)
- ► 27 Feb - 6 Mar (2)
- ► 20 Feb - 27 Feb (2)
- ► 13 Feb - 20 Feb (1)
- ► 6 Feb - 13 Feb (1)
- ► 23 Jan - 30 Jan (1)
- ► 9 Jan - 16 Jan (2)
- ► 2 Jan - 9 Jan (3)
-
►
2010
(57)
- ► 12 Dec - 19 Dec (1)
- ► 28 Nov - 5 Dec (1)
- ► 14 Nov - 21 Nov (7)
- ► 7 Nov - 14 Nov (25)
- ► 31 Oct - 7 Nov (23)
Renungan

Taman Ilmu
-
MEMANAH7 years ago
-
Sahabat : Dalam Kenangan 2010 - 20168 years ago
-
Israk Dan Mikraj Daripada Hadis-hadis Sahih8 years ago
-
-
25 Pesanan Lukman Al-Hakim13 years ago
-
-
-
-
-
Ruangan Sembang
Jumpa Di Facebook
Jejak Pelawat
Negara-negara Pelawat
Recent Comments

Kategori Tulisan
Aku ada rasa itu
bunga semalu
keldai
Mahkota merak hilang disambar
Tinggal lalang menyembah tanah
Aku yang kecewa
Direnggut resah
Tidak akan putus asa
Alah bisa tegal biasa
Aku yang biasa kecewa
Alangkah
Terik panas aku marah
Mendung hujan aku mengeluh
Aku terlalu banyak meratah kecewa
Mengapa kecewakan panas yang menumbuh
Mengapa kecewakan hujan yang menyubur
Di ketika ini
Aku serik untuk merasa
Kecewa.
~Lavender, UM~
8 Feb 2005
Semalam
Desa itu merenggut keyakinanku
Aku dihalau
Aku dipulau
Perlahan kuselak diari hidup
Dulu, kelmarin dan kini
Entah helaian mana yang merobek nama
Hingga tercampak hina
Buah-buah budi yang manis
Kuberi
Dahan-dahan bantu yang kukuh
Kuhulur
Bukan aku meminta
Aku sekadar merasa
Kepahitan yang menjalar
Di kedamaian ini
Kubawa diri pergi
Jauh dari pulau mereka
Bukan ini yang kupinta
Aku sekadar merasa
Kesunyian yang menduga
~Lavender, UM~
8 Februari 2005
Sendu malam dititip mendung
Kepul awan gah mengendong
Khabar yang entah bagaimana
Insan di perbaringan nasib dihitung
Tidur bercahayakan bintang bulan purnama
Atau mungkin bermandikan hujan langsung
Anak isteri meraung dalam mimpi
Pilungilu tertancap pada hati.
Ah! Mimpi ngeri apakah yang mencarik wajah
Menulis nasib hina rupa
Saban hari mengeluh usia
Batang-batang umur makin bertambah
Laporan nasib tak menunjuk ubah
Anak isteri berkeluh-kesah
Diamkan jeritan sesuap makan
Takut kebulur mati tak makan
Sakit…sakit!
Palu ujianMu terlalu hebat
Terasa goncang bahu digoyang
Oh! Rupanya Tuhan Maha Kaya
Dicipta hamba sebaik rupa
Dari arca dipahat indah
Diketuk-ukir untuk sempurna
~ Lavender, UM ~
30 September 04
Tuhan
Biadapnya aku berhadapan denganMu
Tanpa rasa hamba aku memanggilMu
Tanpa rasa hina aku meminta dariMu
Tanpa rasa lemah aku mengadu padaMu
Oh Tuhan
Siapalah aku untuk memetik bunga bangga
Insan kerdil yang Kau khalifahkan
Untuk menyanjung amanah hamba
Mengecap rasa lemah dan hina
Tuhan
Tidak kagumkah aku pada langit KebesaranMu
Tidak gerunkah aku akan bahang-julang azabMu
Sedarkah aku saat maut luncur laju
Sedang aku lekalupa
Senang
Menghirup madu-madu luka
Menelan janji tipu daya
Tersungkur aku rebah-menyembah kaki penyesalan
Rasa hina-malu membengkak jiwa
Agungnya KebesaranMu Tuhan segala
Kerana kasih Kau biarkan aku tersungkur rebah
Kerana sayang…ampunkanlah aku
Aku malu-lemah-hina.
Aku rindu…
Rindukan cinta AgungMu
~ Lavender, UM ~
29 September 04
Damai
Melihat tenang air
Berkocak dilibas ikan-ikan
Batu-batu genggaman di dasar
Lumut-lumut menempel
Rendang pohon melebar
Rumput liar menjalar
Di kedinginan subuh
Suam air membasuh
Memercik kehangatan
Sekian merungkai kesejukan
Sesekali bayu bergeser memeranjatkan
Desirnya bagai ular
Bunga-bunga turun gugur
Merai sang teruna
Laksana anak raja tiada berdayang
Menggosok, menyental daki sendiri
Kicau burung mencari makan
Sedang mentari baru merangkak
Batang getah telah lama diperah susunya
Batang padi belum berisi
Permaidani hijau terhampar
Di bukit kecil
Lembu-lembu leka meragut
Sekumpulan kambing duduk mengasing
Sang gembala riuh memanggil kambingnya
Yang seekor itu
Kuat rajuknya
Sepetang
Cina botol berteriak
Kertas dan suratkhabar lama habis disapu
Lembu dan kambing dikandang
Burung-burung berpulangan
Masing-masing menyanyi
Zikir memuji Tuhan
Mentari merangkak pergi
Langit bertukar-tukar warna
Sekejap merah, jingga
Kemudian kelam
Langsung membawa ke malam
~Lavender, UM~
27 Februari 2005
Dendam yang bara
Diam yang lara
Bila api kejam memusnah
Bunyi gempita menujah jiwa
Hancur segala aset negara
Kosong, lopong
Hanya sisa-sisa ketakutan-pilu-ngeri
Yang masih berbaki.
Jiwa-jiwa kecil itu
Diheret ke hujung senjata
Tanpa dosa ia dicubit sengsara
Dicalar-balar duri penderitaan
Jiwa merdeka dirampas
Dirobek, dilapah zalim hatinya.
Bibir-bibir kemanusiaan alat kepalsuan
Bawah lidah tersembunyi makanan keji
Ditelan setiap hari
Diteguk puas darah jihad
Dari mangkuk-mangkuk periuk api
Siang panas dibakar api kejam
Malam-malam bisu dihujani peluru
Apa yang tinggal
Yang tinggal hanya dendam di mata-mata kejam
Yang tinggal hanya sabar di hati-hati iman.
~ Lavender, UM ~
21 September 04
Manusia sudah hilang rasa
Manusia tidak punya deria
Segala bagai bayang
Nampak tapi tak dapat dipegang
Mana maruah yang agung
Mana nama yang masyhur
Rata-rata
Hati-hati
Mati
Kabut perlahan-lahan menyapu
Membawa bau
Busuk bila terhidu
Mengapa ada
Sifat bangkai
Antara manusia beribu
Akukah salah satu
~ lavender ~
16 Disember 2005
Tak semua orang memandang
Ungu itu indah
Jua matahari yang memancar
Mahupun hujan yang mencurah
Bukan setiap jiwa menghargainya
Dengan pandangan yang serupa
Seringkali berbeza
Jangan dihirau kata orang
Kerna kita adalah diri kita
Dan penilaian manusia
Bukan semuanya benar dan adil
Tak seperti apa yang kita fikir dan harapkan
Hiduplah dengan gembira
Asal hati kita rasa bahagia
Walaupun untuk beberapa ketika
Kerana masalah yang datang
Hanyalah sebagai cabaran
Kita ibarat pelari pecut
Bila mula berlari
Walau terjatuh
Kita tetap akan bangun
Terus memecut
Dan menamatkan larian
Kerna tak ada orang yang akan teruskan
Apa yang kita mulakan
Dengan perasaan dan harapan
Jika berjaya ke garis penamat
Maka berbanggalah
Walau tak bergelar juara
Tapi sekurang-kurangnya
Kita telah berusaha sedaya mampu
Dan itu nilaian yang lebih utama
~ Lavender, UM ~
2003
Aku yang di sini
Mengemis diri
Sebenarnya aku lupa
Siapa aku
Mahasiswakah di universiti
Atau yang selamat dari mangsa tsunami
Akukah anak yang punya orang tua
Hamba pada Yang Esa
Entah apa dalam hatiku
Entah bagaimana aku
Entah siapa aku
~ Lavender, UM ~
10 Jan 2005
Jiwa seniku gersang
Tandus pemikiran
Sedang dunia mengaum resah
Minta pembelaan
Di hujung tanduk
Kemanusiaan duduk
Walhal sedang dijejeh serentang alam
Memerangi keganasan
Yang sebenar miliknya
Gelisah menambat
Bila muka-muka topeng menjengah
Menghulur bantuan
Bagai racun membunuh
Menabur peluru janji
Menembusi batang tubuh
Bukan punca yang kucari
Tapi cara mengatasi
Semua kejahatan lelaki
Yang menghunjam wajah suci
Ke lembah api
Bala Tuhan semakin hampiri
Setiap detik bersiri
Satu persatu minta perhitungan
Minta kebijaksanaan
Insan yang mengulit dunia
Dengan harta
Nyawa hanya bola-bola
Ditendang sesuka rasa
Hilang sanjungan
Hilang penghormatan
Aku teruskan perkiraan langkah
Dalam kembara dunia
Musafir yang merakam segala
Tindak-tanduk dan wajah binatang
Jua manusia bergelar insan
~Lavender, UM~
10 Februari 2005