Apa maksud MB berjiwa rakyat? Ertinya MB yang menjalani hidup biasa sama seperti rakyat. Makan pakainya sama seperti rakyat kebanyakan. Hidupnya tidak bermewah-mewah atau bermegah-megah dengan segala kesenangan duniawi. Ikuti foto kehidupan harian MB Kelantan..

Ahlan wa sahlan
Followers
Demi Masa

Hari Yang Berlalu

Tulisan Terbaru
Arkib Blog
-
▼
2011
(60)
- ► 31 Jul - 7 Aug (7)
- ► 24 Jul - 31 Jul (2)
- ► 17 Jul - 24 Jul (14)
- ► 10 Jul - 17 Jul (6)
- ► 26 Jun - 3 Jul (1)
- ► 13 Mar - 20 Mar (1)
- ► 6 Mar - 13 Mar (4)
- ► 27 Feb - 6 Mar (2)
- ► 20 Feb - 27 Feb (2)
- ► 13 Feb - 20 Feb (1)
- ► 6 Feb - 13 Feb (1)
- ► 23 Jan - 30 Jan (1)
- ► 9 Jan - 16 Jan (2)
- ► 2 Jan - 9 Jan (3)
-
►
2010
(57)
- ► 12 Dec - 19 Dec (1)
- ► 28 Nov - 5 Dec (1)
- ► 14 Nov - 21 Nov (7)
- ► 7 Nov - 14 Nov (25)
- ► 31 Oct - 7 Nov (23)
-
►
2005
(14)
- ► 15 May - 22 May (2)
- ► 8 May - 15 May (11)
- ► 17 Apr - 24 Apr (1)
Renungan

Taman Ilmu
-
MEMANAH7 years ago
-
Sahabat : Dalam Kenangan 2010 - 20168 years ago
-
Israk Dan Mikraj Daripada Hadis-hadis Sahih8 years ago
-
-
25 Pesanan Lukman Al-Hakim13 years ago
-
-
-
-
-
Ruangan Sembang
Jumpa Di Facebook
Jejak Pelawat
Negara-negara Pelawat
Recent Comments

Kategori Tulisan
01 – Hai anakku: ketahuilah, sesungguhnya dunia ini... bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan SAMPAN yang bernama TAKWA, ISInya ialah IMAN dan LAYARnya adalah TAWAKKAL kepada ALLAH.
02 – Orang – orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari ALLAH. Orang yang insaf dan sedar setelah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa menerima kemuliaan dari ALLAH juga.
03 – Hai anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada ALLAH, maka dia tawadduk kepada ALLAH, dia akan lebih dekat kepada ALLAH dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada ALLAH.
04 – Hai anakku; seandainya ibubapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang dilakukanmu, maka marahnya ibubapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.
05 – Jauhkan dirimu dari berhutang, kerana sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.
06 – Dan selalulah berharap kepada ALLAH tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak menderhakai ALLAH. Takutlah kepada ALLAH dengan sebenar benar takut ( takwa ), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat ALLAH.
07 – Hai anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya kerana tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rosak akhlaknya akan sentiasa banyak melamunkan hal hal yang tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.
08 – Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih lagi daripada semua itu, adalah bilamana engkau mempunyai tetangga (jiran) yang jahat.
09 – Hai anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yang bodoh sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.
10 – Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.
11 – Hai anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau hadir majlis perkahwinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedangkan menghadiri pesta perkahwinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi sahaja.
12 – Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, kerana sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing sahaja.
13 – Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan sahaja kerana manisnya barang dan janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.
14 – Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim ulamak dengan cara meminta nasihat dari mereka.
15 – Hai anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yang mencari kayu bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mahu menambahkannya.
16 – Hai anakku; bilamana engkau mahu mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu,maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati hatilah.
17 – Selalulah baik tutur kata dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.
18 – Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.
19 – Jadikanlah dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riya~ yang akan mendatangkan cela pada dirimu.
20 – Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan olah dunia saja kerana engkau diciptakan ALLAH bukanlah untuk dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.
21 – Hai anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang busuk dan kotor serta kasar, kerana engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.
22 – Hai anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan kerana sesuatu yang menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, janganlah mensia siakan hartamu.
23 – Barang sesiapa yang penyayang tentu akan disayangi, sesiapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang mengandungi racun, dan sesiapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.
24 – Hai anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya kerana sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.
25 – Hai anakku; ambillah harta dunia sekadar keperluanmu sahaja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekalan akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul sampah kerana nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan dengan orang yang bersifat talam dua muka, kelak akan membinasakan dirimu.
Berbulan, bertahun kalian pening kepala untuk walimah satu hari
Warna tema, dulang hantaran, DJ Team, senarai tetamu
Hidangan buffet kah, lembukah, ayamkah, kerbaukah
Di sebalik kalian merisaukan kewangan yang terhad
Kalian memikirkan perancangan berbulan madu
Kalian memikirkan kebahagiaan alam perkahwinan
Kalian membayangkan segala kebaikan dan keindahan
Duhai teman
Takutlah jika kalian memasuki perkahwinan dengan jiwa yang miskin
Jiwa yang miskin sering sempit, sering keluh kesah
Tidak menghitung kebaikan pasangan
Tak mampu menghargai pemberian dia yang tersayang
Tidak mensyukuri cinta yang dianugerahkan tuhan
Takutlah berkahwin jika kalian tipis kesabaran tipis sangka baik
Takutlah melangkah ke alam pernikahan jika kalian mudah marah kerap merajuk
Mudah lepas cakap, mudah menyalahkan
Takutlah jika kalian punya sikap sukar memberi maaf, sukar memohon maaf
Takutlah kalian dengan sikap yang suka memberontak
Takutlah kalian dengan hati yang keras dan mudah melawan
Takutlah kalian jika kalian sering ego mengakui kesilapan
Takutlah jika kalian ego melakukan perubahan dan perbaikan
Takutlah kalian jika kalian memiliki banyak karakter buruk ini
Kasih sayang hanya mekar setahun, atau sebulan
Bertahun kalian merancang pernikahan
Mudah sahaja pernikahan bergolak andai sifat mazmumah tidak dibersihkan
Takutlah menginjak ke alam pernikahan andai kabur hakikat kehidupan
Takutlah kalian andai ilmu dan buku bukan teman kalian yang sering berdampinan
Takutlah kalian andai ALLAH dan Rasul bukan menjadi tujuan pernikahan
Takutlah kalian jika enggan dan tak pandai menerima peringatan pasangan
Takutlah kalian jika sering tak berhikmah menyampaikan teguran
Takutlah sekarang, jika kalian sering mendahulukan perasaan dari ilmu dan iman
Bersedialah rumahtangga itu menjadi medan pergaduhan
Yang membara dengan kebencian
Yang tak ditembus rahmah dan kasih sayang
Apatah lagi jika roh solat dan quran berjauhan dari sanubari kalian
Pasti dengan akhlak yang tak dicantikkan, adalah pasti kepada hambarnya sebuah percintaan
Pasti dengan melupakan tuhan, adalah pasti pada kosong peritnyanya sebuah perkongsian kehidupan
Kerana pernikahan itu bahagia dengan akhlak yang baik
Kerana pernikahan itu indah dengan suburnya jiwa mahmudah
Kerana pernikahan itu manis pada kesungguhan membahagiakan pasangan
Dan..
Pernikahan itu bahagia barokah pada hubungan dengan ALLAH yang selalu diteguhkan
{perkongsian dari sisi-kehidupan}
Assalamualaikum semua ^-^
Lama rasanya membiarkan blog ini lapar tanpa santapan. Banyak perkara sebenarnya yang boleh dikongsi dari laman facebook teman-teman. Dan ini salah satu darinya. Siapa dia tokoh yang dimaksudkan..??
Beliau sangat mementingkan persoalan pembinaan generasi buat bakal-bakal ibu. Lalu beliau berpesan, "Jaga suapan gizi. Jangan sampai Allah mengherdik kita jika generasi kebangkitan Islam lemah disebabkan ibunya makan sembarangan!"
Ikuti kisah insan hebat ini >> Bunda Yoyoh Yusra
Usia Uwais sekarang sudah 4bulan 3minggu. Dia membesar dengan baik dan sihat. Ermm.. apa ye Uwais dah pandai buat sekarang??
>> Dah pandai meniarap
>> Dah boleh pegang barang
>> Dah pandai capai barang
>> Dah pandai nak main!! Abang pulak sangat cemburu bila tengok adik pegang barang.. mesti dia nak amek.. sian adik.. maka adik pun nangis..
>> Dah makin pandai berborak.. kalau lama orang tak layan nanti dia nangis.. NAK PERHATIAN LAH TU!!
## Tambahan.. bulu mata Uwais makin panjang.. sekarang dah mula melentik.. makin hensem anak ummi ni.. nak ikut macam abang ye.. hehe..
## Tambahan lagi.. hr ni masuk hari ke3 Uwais mandi di BILIK AIR.. ngeh3.. haruslah dia menjerit pada awalnya.. masuk hari ke3 petangnya Uwais dh STEADY.. caYaLaH!!
Cerita pasal abang pulak.. usia A'mmar Al-Hakim mencecah 2tahun 2bulan setengah..
Semalam abang dah mula belajar Iqra' buku 1..
Jenuhlah ummi mengajar abang menyebut.. abang main2 je lebih.. main lidah.. pusing sana, pusing sini.. hadoi3.. mengujinya.. tapi tak apelah, janji abang dah memulakan langkah mengenali Al-Quran ^-^
Sekarang ni kami kerap mendengar kuliyyah Ustaz Kazim Elias di youtube.. di akhir kuliyyah biasanya ustaz baca doa.. bila dengar ustaz baca doa, abang akan tadah tangan.. walaupun kadangkala ummi sedang buka page lain.. sejuk perut ummi ngandungkan abang ^-^
Itulah serba sedikit cerita anak2 ummi kali ini.. nanti bila ada perkembangan lain ummi akan update InsyaAllah..
Mari berkongsi satu kisah yang aku peroleh dari rakan fb. Kisah ini amat menyentuh sanubariku sebagai seorang ibu.
Ya Allah, dalam aku merasakan letih dan payahnya membesar dan mendidik anak-anakku, rupanya ada insan lain bergelar ibu yang Engkau duga dengan cubaan yang maha berat. Ampunkan dosa-dosaku Ya Allah.. aku jarang bersyukur atas anugerahMu yang tak terhingga..
Ya Allah.. bantulah kami untuk bersyukur atas rezeki anak-anak yang Engkau kurniakan kepada kami.. bantu kami untuk menunaikan amanahMu dengan sebaik-baiknya.. mendidik mereka sebagaimana acuan yang Engkau sediakan dalam Al-Quran.. jadikanlah mereka pendinding bagi kami dari api nerakaMu yang maha dahsyat.. amin..
“Abang, nak tengok matahari tak? Jom kita turun kantin minum sambil tengok matahari!” Abang hanya mengangguk lemah. Mak dukung abang dan kita satu keluarga turun ke kantin. Abang mahu minum air coklat. Tapi abang hanya minum seteguk.
Abang dalam kisah ini adalah adik Iqbal Fahreen Hamdan, anak bongsu daripada lima beradik. Abang masuk hospital seawal usia dua minggu akibat menghidapi lima jenis kompilasi jantung termasuklah kekurangan injap, jantung berlubang dan saluran sempit. Abang telah menjalani pelbagai siri pembedahan seawal usia dua bulan dan ada antara pembedahan seawal usai dua bulan dan ada antara pembedahannya gagal, malah abang pernah disahkan ‘mati’ apabila jantungnya berhenti berdenyut. Walaupun pada awalnya doktor mengjangkakan hayat abang tidak lama selepas lahir ke dunia, namun ternyata anak kecil ini mampu bertahan sehingga usia empat tahun untuk meninggalkan kenangan terindah dalam hidup Jamilah (ibu) dan Hamdan (bapa).
Hati ibu mana yang tak tersentuh?? Walau telah kering air mata, hatinya masih berlagu tangis..
Semoga kisah ini menjadi iktibar untuk kita semua yang masih mempunyai kesempatan bersama dengan anak-anak.
Terima kasih Ya Allah kerana meminjamkan kami anak-anak untuk suatu waktu yang hanya Engkau Tahu. Semoga dalam tempoh itu kami belajar erti bersyukur atas anugerahMu itu.
Nota:
Inginku patrikan foto arwah adik Iqbal Fahreen Hamdan di sini, tetapi kubatalkan niat itu sementelah dia pun telah 'kembali' ke sisi Tuhannya dan mendapat tempat yang lebih baik di sana. Biar kisahnya saja yang menjadi sumber ilham, mengingatkan hati-hati yang lupa, menguatkan yang lemah, memberi ketabahan kepada hati yang teruji dengan cubaan.
Asid termenung panjang di atas sofa. Selepas pulang dari subuh, dia tidak masuk terus ke bilik. Lama dia begitu. Hingga langit dari gelap menjadi kelabu dan kini mentari sudah mula hendak menyinari bumi Jordan ini.
Irfan yang sudah beberapa kali keluar masuk bilik, pergi tandas, pergi dapur, pergi sidai kain pada pagi itu, setiap kali melalui ruang tamu, hanya melihat sahaja sahabat karibnya itu.
Dia tidak mahu menganggu. Asid nampaknya sedang berfikir sesuatu. Sesuatu yang berat. Mungkin.
Irfan selesai menggoreng jemput-jemput. Kuih kegemarannya. Dia belajar daripada Puan Maimunah, ibu Asid. Ditambah dengan bawang yang dipotong nipis. Sangat sedap bila dicecah dengan sos cili buatan Malaysia.
Namun di Jordan, tiada sos cili. Yang ada hanyalah sos tomato. Antara perkara menarik di Jordan.
Irfan meletakkan pinggan yang dipenuhi jemput-jemput di hadapan Asid. Sahabatnya masih tidak bereaksi.
“Fikir apa la tu” Irfan berbicara di dalam hati. Dia tidak terus menegur Asid. Dia bergerak ke bilik Saifuddin dan Shah, memanggil mereka berdua untuk sarapan bersama.
Bila semua sudah hadir di ruang tamu, tiada siapa yang bergerak menyentuh makanan. Semuanya melihat Asid. Asid masih seperti tadi. Termenung panjang.
“Kenapa?” Saifuddin berbisik kepada Shah.
Shah jungkit bahu. Mereka berdua memandang Irfan. Irfan menguntum senyum.
“Angau”
Saifuddin dan Shah tergelak.
Asid terkejut. Menoleh sahabat-sahabatnya dengan keadaan sedikit gelabah.
“Kenapa? Kenapa?”
“Makan encik Asid, apa menung-menung lepas Subuh?” Saifuddin menarik Asid tudun dari sofa, agar duduk di meja kecil mereka.
“Salah soalan tu Sifu. Sepatutnya menung-menung apa leas Subuh” Shah tambah menyakat.
“Teringat bidadari di kejauhan la tu” Irfan menambah.
Asid muka merah. “Mana ada!” Terus tangannya pantas menggapai jemput-jemput.
Mereka berempat makan dengan berselera sekali. Saifuddin dan Shah tak habis-habis memuji Irfan yang sudah seperti ibu di rumah. Kebelakangan ini, Irfan sangat rajin memasak walaupun bukan pada gilirannya, mengemas rumah, mencuci pinggan mangkuk, malah kadangkala Irfan membasuh pakaian sahabat-sahabatnya dan membantu mereka menyidai pakaian.
“Aku nak tanya la. Kalau aku jatuh cinta, nak buat macam mana?” Tiba-tiba terkeluar soalan itu dari mulut Asid.
Saifuddin, Shah dan Irfan berhenti menjamah. Jemput-jemput di tangan tidak terus dimasukkan ke mulut. Masa seakan terhenti. Ketiga-tiga orang itu memandang Asid.
“Kenapa? Aku salah bagi soalan ke?” Asid memandang kembali tiga sahabatnya dengan wajah yang pelik.
“Hebat la kau Irfan, tepat tekaan kau” Shah menghirup teh yang ada.
“Sahabat atas keimanan ni, hubungan hati ke hati. Jadi kadangkala kita dapat rasa apa ada dalam hati sahabat” Irfan berbicara dengan nada berseloroh, tetapi kata-katanya itu ada benarnya.
“Kau jatuh cinta dengan siapa Asid? Israa’ yang selalu kejar kau tu ke?” Saifuddin bertanya. Dia selalu sahaja mendengar Dzulkarnain dan Halim bercerita berkenaan Asid yang dikejar perempuan bernama Israa’.
Asid menggeleng. Bukan sebab Israa’ tak baik. Cuma dia memang tiada minat pada perempuan arab. Itu alasan pertama. Alasan yang kedua, hati dah cinta. Mana ada masa nak pilih.
“Rahsia.”
“La…” Irfan menepuk meja. Keterujaannya terpotong.
“Kalau nak rahsia, baik tak payah menung panjang untuk bagitahu. Appa da” Saifuddin mengangkat jemput-jemput sekali bersama tangannya, menunjuk ke arah Asid.
“Aku bukan menung panjang sebab nak bagitahu siapa aku suka. Aku menung panjang, sebab aku fikir, betul ke aku ni bercinta. Cinta ni macam mana?
Ada orang kata haram, ada orang kata tak boleh la. Semua orang baik-baik, kalau cerita fasal cinta, semua cerita cinta selepas kahwin. Lebih halal la, lebih bagus la. Tapi kalau dah terjatuh cinta sebelum kahwin, nak buat macam mana?” Asid mengomel dengan soalan dan keserabutan dirinya.
“Oh, inilah yang selalu menganggu kau ni?” Irfan menghabiskan teh di dalam cawannya.
Asid mengangguk. Dia juga kemudian meneguk teh.
“Ha’ah ya, kalau dah tercinta macam mana? Cinta ni kadang-kadang bukan boleh rancang-rancang. Kalau dah jatuh cinta, jatuh cinta la jugak. Betul tak?” Saifuddin memandang Shah.
Shah mengangguk. “Betul-betul-betul” Meniru gaya Upin dan Ipin.
Semua memandang Irfan sekarang. Irfan memandang semula. “Ni apa cerita semua pandang aku?”
“Kau la Irfan, cerita la sikit. Ni kira kuliah subuh la” Shah bersemangat.
“Banyak la kau punya kuliah subuh” Irfan tergeletek mendengar perkataan kuliah subuh itu.
“Cerita la Irfan. Yang buat aku risau bukan apa. Kalau benda ni salah, aku kena rengkuh buang sepenuhnya. Aku tak mahu benda macam ni menganggu seharian aku, menganggu ibadah aku, menganggu studi aku” Asid meminta ihsan.
Irfan menghela nafas. Dia faham. Cinta, memang satu perkara yang akan panas hinggalah ke akhir kehidupan manusia.
“Mukadimahnya, cinta itu mestilah diiringi pengorbanan. Tanpa pengorbanan, itu bukan cinta yang sebenarnya”
Semua diam. Teruja nak mendengar. Kemudian Irfan diam, memerhati ketiga-tiga sahabatnya.
“Kita sambung pada rancangan yang seterusnya” Irfan bangun, mengutip semua pinggan dan cawan.
“Ha?” Saifuddin, Shah dan Asid serentak terkejut, hanya mampu memandang Irfan masuk ke dapur.
“Itu sahaja ke?” Asid separuh menjerit. Hendakkan suaranya sampai pada Irfan di dapur.
“Ada lagi. Tapi dah nak terang kat luar tu encik Asid oi. Aku nak pergi universiti awal hari ini. Kelas pukul 8.00 pagi”
“Nanti kau sambung tak kuliah subuh kau ni Irfan?” Shah pula bertanya. Dia baru sahaja bersemangat.
Irfan kemudian keluar dari dapur. Dia mengelap kedua belah tangannya dengan kain buruk di pintu dapur.
“Fahami dulu apa aku cakap tadi. Baru kita cerita panjang ya anak-anak” Kemudian dia terus bergerak memasuki biliknya. Dia hendak menukar baju, bersiap untuk ke kuliah hari ini.
“Nakal juga Irfan ni” Saifuddin menggeleng dengan senyuman. Shah turut sama tersenyum.
Namun Asid, dia diam terus termenung. Kini bukan lagi fasal adakah cintanya itu benar.
Tetapi dia memikirkan bicara Irfan tadi. Dia tahu, Irfan tidak mengeluarkan sesuatu dengan sia-sia.
“Tak, yang dia cakap tadi cukup buat masa ini” Asid tiba-tiba bangun. Seakan mendapat roh baru.
Shah dan Saifuddin memandang Asid yang kemudiannya pergi masuk ke dalam bilik. Mereka tidak faham.
“Shah, mungkin kita ni kena fikir jugak kut apa yang Irfan kata tadi”
“Mungkin”
Dan pagi itu merupakan pagi yang baik untuk mereka.
“Tapi, tapi…” Ainul Ameena tergagap-gagap. Tangannya menggeletar. Bukan kerana cuaca sejuk, tetapi kerana hatinya seakan dihantuk-hantuk. Sedang retak. Hampir pecah. Air matanya kini bergenang.
Wafiq Wasim di hadapannya tersengih malas. “Tapi apa?”
“Tapi kita kan dah sehati sejiwa?”
“Heh, kau sahaja yang rasa macam itu Ameena. Aku tak” Wafiq menggeleng.
“Kenapa? Kenapa pula? Dah hampir sebulan kita berkenalan?” Ameena tidak dapat menerima apa yang didengarinya.
Wafiq ingin memutuskan hubungan mereka. Sedangkan Ameena merasakan sebelum ini mereka amat bahagia. Dia mula jatuh cinta kepada Wafiq selepas pertama kali melihat lelaki kacak itu. Wafiq sangatlah popular, semenjak kemunculannya di malam penutup MHS.
Sebelumya, Wafiq seakan terlindung di balik rakan-rakannya. Tetapi pada malam itu, Wafiq ibarat putera idaman yang turun dari langit.
Wafiq memang amat kacak. Selain pandai memasak, susuk tubuhnya amat menawan. Dia bertubuh sederhana tinggi. Kulitnya putih bersih, licin tanpa jerawat. Rambutnya kemas walaupun sedikit panjang.
Pakaiannya sentiasa mempunyai gaya dan mengikut fesyen. Giginya putih tersusun rapi. Bila dia tersenyum, mampu membuatkan perempuan-perempuan yang melihat angau berminggu-minggu. Bonus untuk Wafiq, suaranya amat merdu.
Wafiq bukan sahaja popular di kalangan pelajar melayu sahaja. Malah pelajar-pelajar arab di universiti juga gilakan dia. Lebih-lebih lagi apabila Wafiq sering membuat persembahan terbuka bersama gitarnya di tengah taman JUST setiap kali ada masa lapang. Dia akan dikerumuni ramai ketika itu. Seakan seorang bintang.
Ameena sangat rasa bertuah apabila Wafiq menyatakan yang dia mencintai Ameena. Ameena antara salah seorang yang cuba mendekatkan diri kepada Wafiq. Berkali-kali cuba menghantar mesej, e-mail dan kadangkala cuba menelefon.
Di Facebook, dia antara ratusan yang menghantar kata-kata kepada Wafiq. Dari ratusan orang itu, Wafiq memilihnya. Ameena rasa dunia adalah dia yang punya.
Tetapi kini…
“Aku tak suka perempuan murahan macam kau” Wafiq bergerak meninggalkan Ameena di tengah taman.
Gugur air mata Ameena ketika itu. Cintanya hancur. Selangkah lebih jauh Wafiq meninggalkannya, dia merasakan dunianya semakin gelap. Hatinya bergetar dengan kuat, jantungnya berdegup dengan amat kencang. Dia rasa sakit.
“Wafiq!” Tanpa segan silu dia mengejar, memeluk Wafiq dari belakang.
“Jangan. Aku sanggup bagi apa sahaja. Diri aku pun. Jangan tinggalkan aku Wafiq”
Wafiq diam. Entah berapa kali dalam hidupnya dia menghadapi situasi begini. Perlahan-lahan tangan Ameena dilepaskan. Kemudian dia terus berjalan.
“Aku dah kata, kau perempuan murahan. Dan baru ini, kau membuktikan” Wafiq terus berjalan.
Ameena terjelepuk. Kenapa? Dia sudah sanggup berkorban untuk cintanya. Kenapa Wafiq masih meninggalkan dirinya?
Ameena menjerit sekuat hati. Air matanya mengalir deras. Emosinya terganggu, psikologinya rosak.
Wafiq tidak menghiraukan, sedikit pun tidak kasihan. Ameena bukan perempuan pertama. Semenjak dahulu lagi, dia memang suka buat kerja begini.
Bertukar teman wanita, dan menghancurkan harapan mereka. Aset yang ada pada dirinya menyebabkan tiada siapa yang kisah dengan apa yang dia lakukan pada perempuan lain. Perempuan-perempuan lain sentiasa menanti masa hubungannya terjejas, agar mereka pula mendapat peluang dengannya.
Ameena tidak akan dilayan. Malah ramai perempuan bergembira dengan nasib Ameena.
Wafiq kegilaan semua. Yang tenggelam dalam cinta palsu dunia.
“Bravo, bravo” Badruddin menepuk tangan. Kagum dengan kehebatan Wafiq dalam bab mematahkan hati perempuan. Dia yang sedari tadi memerhati dari jauh bersama Yusuf, memeluk Wafiq.
“Harap bertudung je lebih Ameena tu. Tak ada pegangan langsung. Sanggup pula peluk kau?” Badruddin menggelakkan Ameena.
“Tudung apa semua tu, mereka berlakon sahaja. Aku benci dengan orang-orang macam itu. Kalau boleh, aku nak rosakkan lagi ramai lagi. Biar mereka sedar, yang mereka tu berlakon sahaja”
Yusuf memandang Ameena yang masih lagi tidak bangun. Kasihan. Tetapi apa yang dikatakan oleh Wafiq betul juga. Disaster Five, kehidupannya pernah dicalari dengan peribadi-peribadi yang berlakon mulia. Mereka amat benci dengan peribadi-peribadi ini.
“Jangan kata ‘aku’. Kita” Badruddin mendepangkan kedua belah tangannya, meletakkan di belakang bahu Wafiq dan Yusuf. Kemudian merapatkan tubuh dua rakannya pada dirinya.
“Ya, kita. Kita benci orang macam mereka” Wafiq mengiyakan, mereka bertiga berjalan meninggalkan taman JUST itu.
Ameena, mangsa pertama dalam kehidupan Wafiq di Universiti. Ada ramai lagi akan menjadi mangsa, andai tiada yang mengambil langkah untuk mendalami cinta. Hanya yang buta, akan terkena.
Apa yang dilakukan oleh Wafiq, semuanya diatur oleh Badruddin. Ini perancangan mereka. Untuk menterbalikkan PERMAI. Yang dirasakan palsu dalam membawa kebaikan.
*****
Kenapa walaupun dia cuba menyisihkan, dia masih teringat kepada perempuan bernama Sara Nasuha?
Sebelum dia meluahkan kerisauannya kepada ahli rumahnya tadi, dia sebenarnya telah berusaha untuk menjauhkan hatinya dari perkara sebegini. Dia bangun malam, solat tahajjud dan bermunajat kepada Allah agar menjaga hatinya.
Betapa sebenarnya dia terkesan dengan pesanan-pesanan serta didikan Irfan kepadanya selama ini, berkenaan hidup untuk mendapat redha Allah SWT.
“Kita ni Asid, kalau muhasabah balik, datangnya kita daripada Allah SWT. Balik pun nanti nak pulang kepada Allah SWT. Jadi, adakah masuk akal kalau kita katakan kehidupan kita yang berada di antara kedatangan dan kepulangan itu, untuk bukan selain Allah SWT? Akhirnya, kalau kita lihat dengan teliti, hidup ini adalah untuk menggapai redha Allah SWT. Tiada matlamat lain”
Di situlah Irfan menyentuh jiwanya dengan membaca:
“Apakah kamu berfikir Kami menciptakan kamu dengan sia-sia? Sedangkan kamu kepada Kami tidak akan dikembalikan?” Surah Al-Mu’minun ayat 115.
Ketika itu, ayat itu hampir sahaja meluluhkan jantungnya. Bergetar hatinya kerana seakan tersedar dari lena yang panjang. Irfan memang lama bersahabat dengannya, dan berkongsi kefahaman Islam dengannya.
Namun, bila dia berada di tengah kehidupan Islam, apabila dia mendapat peringatan, ternyata peringatan itu terasa lebih menusuk dan mendalam.
Jadi, apabila dia telah sedar bahawa kehidupannya ini hanya untuk mendapat redha Allah SWT, maka dia amat risau. Dia risau, cinta yang bermain-main dalam jiwanya kini adalah sesuatu yang menyebabkan dia terkeluar dari matlamat hendakkan redha Allah SWT itu.
Bagaimana?
“Weh,” Tubuhnya ditampar deras dari belakang. Pecah semua lamunan Asid.
“Sakit la Halim!” Asid cuba memegang belakangnya. Reaksi spontan walaupun tidak sakit. Baju yang dipakainya agak tebal kerana musim sejuk.
“Fikir apa? Peperiksaan ke?” Halim bertanya, kebetulan peperiksaan mereka semakin dekat.
Asid meletakkan dagunya semula. “Peperiksaan akhirat” Lemah dia menjawab.
“Kenapa dia ni?” Halim memandang Dzulkarnain. Dzulkarnain hanya tersenyum, sambil mengangkat bahu.
“Angau dengan Israa’ kut” Halim mencekak pinggang.
Asid tiada reaksi.
“Ha, panjang umur. Baru sebut, dah datang” Halim bersuara lagi.
Asid tahu, bila Halim sebut begitu, pastinya Israa’ yang menghampiri. Dia bingkas bangun, mengemas beg dan menggesa Halim bersama Dzulkarnain untuk bergerak.
Israa’ tidak sempat menghampiri mereka. Hanya mampu memandang Asid, lelaki yang meragut hatinya pergi. Israa’ terasa ingin memanggil, tetapi suaranya tidak keluar.
Ketika di muka pintu Dewan Al-Farabi, Asid menoleh ke belakang, memandang sebentar Israa’.
“Maaf” Asid berbisik perlahan.
Israa’ bukannya tidak tahu yang Asid tidak mencintainya. Tetapi entah kenapa, dia amat mencintai Asid.
*****
“Irfan, bagitahu la” Asid menepuk belakang Irfan yang sedang khusyuk menghadap lap top. Sempat Asid memandang apa yang ada di skrin Irfan.
Ceramah oleh pendakwah Amerika yang terkenal – Khalid Yasin. Orang kulit hitam yang suaranya penuh semangat dalam menyampaikan kebenaran. Kata-katanya pula menusuk jiwa. Orangnya pula sederhana.
“Fasal cinta?”
Asid mengangguk, segera duduk di katil Irfan. Irfan menghentikan durasi video Khalid Yasin.
“Kau cinta pada siapa ni sebenarnya?” Irfan membuka soalan dengan pertanyaan yang ingin diketahuinya.
“Soalan itu dilarang wahai Ustaz Irfan” Asid menggerakkan jari telunjuknya. Irfan ketawa kecil.
“Kau bercinta juga kan?” Asid pula bertanyakan soalan.
Irfan mengangguk. “Kau dah tahu kan?”
Asid pula mengangguk. Dia dan Irfan pernah berkongsi hal ini tahun lepas. Irfan yang ketika itu menyatakan bahawa dia mencintai seseorang.
Namun, dia tidak melihat Irfan mempunyai masalah sepertinya kini. Irfan tidak pernah termenung panjang. Dia tidak tahu sama ada Irfan terbayang-bayang atau teringat-ingat kepada perempuan yang dicintainya. Tetapi dia yakin, Irfan selamat mengharungi alam percintaan ini.
“Sekarang bulan berapa?” Irfan bertanya.
“Bulan 11.” Asid memandang jam di tangan. “Apa kena mengena soalan aku dengan bulan?”
“Aku nak bagitahu, aku nak bertunang bulan satu ni”
“What?” Asid terkejut besar. Irfan tersenyum.
“Aku nak bertunang bulan satu ni” Irfan mengulang.
“Jahat, lambat betul kau bagitahu!”
“Dah yang perempuannya baru bagi jawapan bulan lepas”
“Bila kau masuk melamar ni? Aku tak nampak kau terhegeh-hegeh pun?”
“Siapa ajar cinta kena terhegeh-hegeh?”
“Jadi kau cinta sebelum kahwin?”
Irfan mengangguk.
“But no couple, no chit-chat, no facebooking, no calling, no sms, not a thing. Except, letters from my in laws” Irfan meleret senyum.
Mata Asid terbuka. Ya Allah… Hebatnya sahabat aku ni.
“Habis macam mana kau dekati dia?”
“Aku nak cakap pun susah. Tapi, kau percayakan Allah itu membolak balikkan hati?”
Asid mengangguk. Ya, dia beriman dengan yang itu.
“Maka Allahlah yang mendekatkan dia kepada aku, bukan aku yang mendekati dia”
Sekali lagi Asid rasa terpukul. Ini satu keimanan, keyakinan, dan kepercayaan kepada kekuasaan Allah.
“Aku dekati keluarga dia. Itu cara aku. Sekurang-kurangnya, kalau aku tak dapat dia, aku ada hubungan dengan keluarganya. Di situ dakwah berjalan juga. Tapi Allah izin, dia juga rupadanya ada hati pada aku. Jadi, mudahlah kerja. Aku pun rasa syukur sangat.”
“Berapa ramai Asid, dalam dunia ini yang bercinta, atas dasar keimanan-Nya kepada Allah?” Irfan menyoal.
Asid diam. Di dalam hati dia menjawab – sikit.
“Jadi tak boleh la bercinta? Aku tak faham la. Kau kata kau bercinta. Macam mana ni?”
“Aku kata ke tak boleh bercinta?”
Bilik itu senyap sebentar. Benar juga, Irfan tak cakap tak boleh.
“Cinta, siapa boleh kawal bila nak jatuh cinta? Kalau dah jatuh cinta tu, jatuh la juga. Kadang-kadang sebab terjumpa, ternampak, dengar cerita, begitu la peliknya cinta. Kenapa boleh jadi begini? Sebab cinta tu fitrah manusia. Manusia memang ada fitrah untuk mencinta dan dicintai. Tetapi…”
“Tetapi?” Asid mengangkat kening.
“Cinta tu kena la dibina atas dasar keimanan. Jangan cinta mengawal keimanan kita. Tetapi keimanan kita yang mengawal cinta”
Mata Asid membesar. Hatinya lagi tercucuk. Kenapa dia tidak nampak benda ni?
“Sebab itu aku kata, cinta itu diiringi pengorbanan. Bukan korbankan maruah, harta, masa untuk pasangan kita. Tetapi kita korbankan masa, harta, diri kita untuk tarbiyah diri, proses diri, agar kita bersedia membina keluarga yang Allah redha”
Irfan terus bercerita. Asid pendengar setia. Walaupun dia sering sahaja mendengar Irfan memberikan ceramah dan sebagainya, tetapi entah mengapa, bila hati terisi, berjam-jam pun tidak mengapa, beratus kali pun bosan menyapa.
Irfan menerangkan, betapa membina keluarga itu juga satu wasilah untuk menyampaikan dan menguatkan Islam. Keluarga dibina dari dua individu, kemudian membiak. Di sini perlu diperhatikan betapa pentingnya individu yang hendak memulakan keluarga itu, perlu memahami Islam dengan sebenar-benarnya.
Individu itu akan membentuk satu keluarga yang menjadi sebahagian dari komuniti. Keluarganya secara tidak langsung akan menjadi duta Islam di tengah masyarakat nanti.
“Maka bagaimana agaknya kalau kita bina keluarga kita, dalam keadaan tidak bersedia, keimanan rapuh, kefahaman Islam tidak jelas?”
“Kita tidak akan mampu tarbiyah anak-anak kita?”
“Anak-anak dan isteri sekali Encik Asid. Dengan isteri sekali.”
“Isteri? Kita kena la cari isteri yang solehah”
“Betul, tetapi adakah isteri kita sesolehah Khadijah isteri Rasulullah SAW? Sehebat Aisyah RH? Setaat Fatimah RH? Setabah Asiah isteri Firaun? Seteguh Masyitah yang diterjunkan ke dalam api? Sesuci Maryam ibu Isa? Secekal Yukabid ibu Musa?”
“Semestinya tidak”
“Maka adalah penting kita mempersiapkan diri. Bina kefahaman. Bina ketahanan. Bina rasionaliti. Bina mentaliti. Bina disiplin. Bina hati. Semuanya untuk mentarbiyah keluarga kita nanti.
Kita bukan masa nak kahwin sahaja hendak Islamik. Kita nak seluruh kehidupan kita selepas berkeluarga nanti Islamik. Berada dalam lingkungan keredhaan Allah SWT”
Asid terangguk-angguk.
“Dan kena ingat, jatuh cinta ni kadang-kadang, kita jatuh cinta pada perempuan yang tak solehah juga. Ada sahaja orang boleh tabah mencabut cintanya. Ada yang tak boleh.
Macam mana kalau kita tergolong dalam kalangan yang tak boleh itu? Bukankah nak tak nak, kita kena persiapkan diri untuk mentarbiyah isteri kita, yang nantinya menjadi guru pertama kepada anak-anak?”
MasyaAllah… Asid beristighfar di dalam hati. Pandangan Irfan luas sekali. Luas dan jauh. Bukan sahaja membuka mata, tetapi membuka minda dan jiwa.
“Jadi, macam mana dengan aku sekarang?” Asid bertanya. Itu soalan yang paling penting buatnya.
“Kau sekarang sahabatku Asid yang kucintai sepenuh hati ini….” Irfan memandang mata Asid dalam-dalam.
“InsyaAllah, kau berada atas kebenaran. Jangan sisihkan cinta itu. Kawal cinta itu. Kau kata kau runsing sebab kau risau cinta itu akan membawa kau terkeluar dari redha Allah. Itu tandanya kau mempunyai satu sensitiviti yang tinggi.
Cinta tidak salah Asid. Siapa mengharamkan cinta, dia sebenarnya mengharamkan fitrah manusia. Islam tidak turun untuk mengharamkan fitrah, Islam turun untuk mengajar manusia mengawalnya”
Asid terpana. MasyaAllah… indahnya Islam. Dan hikmahnya kata-kata Irfan.
“Kawal cinta itu Asid. Kalau betul cinta, cinta biar ke syurga. Maka apa persediaan kau untuk bawa keluarga kau ke syurga? Adakah dinamakan cinta kalau kita sekadar melemparkan pasangan kita ke neraka?”
Irfan menumbuk lembut dada Asid. Asid rasa macam ada sesuatu yang hangat meresap ke dalam hatinya. Soalan Irfan seakan terus berulang-ulang di dalam jiwa.
Apa aku telah lakukan untuk bawa keluarga aku nanti ke syurga?
Asid memandang Irfan. Teringat dia betapa kebelakangan ini Irfan sangat-sangat rajin memasak, mengemas rumah, mencuci tandas, basuh pakaian sampai baju kawan-kawan pun dibasuhnya, dan segala kerja dilakukan dengan penuh teratur dan efisyen. Kalau sebelum ini Irfan memang kemas dan teratur, kebelakangan ini dia lebih lagi dari itu.
Akhirnya Asid faham.
Semuanya kerana Irfan sedang mempersiapkan diri untuk menjadi ketua kepada keluarga. Ketua kepada keluarga yang hendak membawa keluarganya menembusi syurga. Itulah dia pengorbanan yang dimaksudkan Irfan. Mengorbankan kepentingan diri untuk membawa keluarga menggapai redha Allah SWT.
Segera Asid mendakap Irfan. Irfan membalas dakapan Asid.
Tiada kata. Namun rasa terharu yang menghurungi dada.
Pesanan dari sahabat, yang terikat di dalam pesanan itu tali-tali keimanan. Meresap terus ke dalam hati yang memang memerlukan pesanan.
Asid berazam memurnikan cintanya. Dia perlu kawal cintanya. Dia perlu bina cintanya atas keredhaan Allah SWT. Bukannya mencari keredhaan Allah SWT atas cintanya.
Dia ingin, dia dan Sara Nasuha boleh bersama hingga ke syurga, serta keluarganya boleh menjadi antara medan penyebaran Islam kepada manusia.
Al-kisah, dua sahabat lama dah tak berjumpa, not RM1 dan not RM50.
NOT RM1: Assalamualaikum 50 hinggit. Lama tak nampak?
NOT RM50 : Waalaikumussalam, aku biasa lah.. kadang merantau, kadang kat sini2 jer. Eh! ko yg tanya aku, engkau tu yg TERAMAT LAMA aku dah tak nampak, ko p mana?
NOT RM1 : Aku, standard la tempat biasa....ko kat mana lak...?
NOT RM50 : Aku pergi merata tempat. Pergi stadium tgk bola, naik STAR Cruise, gi KK naik AirAsia, lepak One Utama, konsert, persembahan teater, tempat2 cam tuh lah. Eh, ko camner lak? Aku tak nampak pun kau kat tempat2 yg aku kunjungi....
Duit singgit menjawab dengan penuh bangga..
NOT RM1 : Hmm..aku biasa lah.. gi tempat-tempat yang HEBAT2 je... SURAU... MASJID... SURAU BALIK...
Kesimpulan:
Kalau kuar not RM50 beli tiket bola laju jer kan.. tak payah pikir panjang dah.. OK ON!!
Tapi rasa2nya kalau nak masukkan not RM50 tu dalam tabung masjid kita pikir lebih 10kali..
Sedangkan pahala bersedekah bukannya rugi macam tu jer.. tapi Allah janji dibalas dengan 10 KALI GANDA.. alangkah TERAMAT RUGINYA kita..!!!
Renung2kan ..dan selamat beramal.. ^-^